JagoFoto.com — Selain menjual foto, ternyata video juga bisa dijual di Fotoyu.

Banyak fotografer belum sadar bahwa video sederhana pun laku keras, terutama video slow motion yang sering dipakai sebagai stock footage.

Saya sendiri awalnya cuma iseng ambil footage orang jogging, lari santai, atau sekadar berjalan di taman—eh, ternyata laku juga.

Pemilik bisnis kecil, kreator konten, sampai pengguna media sosial sering membeli video pendek untuk story Instagram, WhatsApp, TikTok, dan materi promosi ringan.

Jadi kalau kamu ingin mulai menjual video, khususnya slow mo, saya bagikan pengalaman dan langkah-langkahnya.

1. Pastikan Kamera Kamu Bisa Merekam Video Slow Motion

Saat ini saya menggunakan Sony ZV-E10, kamera favorit banyak content creator dan videografer pemula.

Dengan lensa manual pun, kamera ini cukup kuat untuk menghasilkan footage cinematic tanpa ribet.

Mode slow mo-nya sudah diproses langsung di kamera, jadi kamu tidak perlu buka aplikasi editing seperti CapCut atau Premiere Pro setiap kali selesai merekam.

Ini sangat menghemat waktu produksi, apalagi kalau targetmu adalah membuat banyak stock video untuk dijual di Fotoyu.

2. Gunakan Kartu Memori yang Mendukung Perekaman Video Cepat

Salah satu masalah paling umum: kamera tiba-tiba berhenti merekam atau muncul warning “recording stopped due to slow memory card”. Ini bukan error kamera—ini karena kartu memori tidak mendukung video bitrate tinggi.

Gunakan memori yang punya kecepatan baca–tulis tinggi, misalnya:

  • Lexar Professional 128GB
  • Sandisk Extreme Pro (opsional untuk alternatif)

Kartu dengan speed tinggi dibutuhkan untuk merekam 120fps atau 100fps tanpa dropped frames.

Kalau memorinya lambat, hasil bisa patah-patah atau file tidak bisa disimpan.

Jangan sampai footage yang sudah capek-capek kamu ambil malah tidak usable.

3. Kenapa Video Slow Motion Lebih Mudah Laku?

Pengalaman saya menunjukkan bahwa slow mo adalah jenis video yang:

  • mudah diambil
  • tampilannya langsung terlihat “cinematic”
  • sangat disukai pembeli

Pembeli biasanya tidak terlalu paham teknis, tapi mereka tahu video yang eye-catching.

Gerakan yang melambat membuat gambar terlihat lebih dramatis dan profesional—makanya slow mo jadi tipe stock footage paling sering dibeli.

Format yang paling laku:

  • 120fps slow motion
  • 100fps slow motion

Secara visual mirip, tapi untuk hasil paling halus, saya pribadi pilih 120fps.

Durasi 6–7 detik sudah cukup. Setelah diproses di kamera, durasi outputnya jadi sekitar 30 detik slow motion, cocok dengan batas upload Fotoyu.

4. Kenapa Harus Rekam 6–7 Detik Saja?

Fotoyu punya batasan:

  • ukuran file maksimal ±70MB
  • durasi maksimal ±30 detik

Kalau hasil slow mo kamu melebihi itu, file akan gagal diupload.

Dengan merekam klip 6–7 detik (pre-slowmo), durasi akhirnya otomatis aman tanpa harus dipotong lagi.

Ini juga membantu kamu membuat workflow produksi yang cepat dan efisien.

5. Setting Slow Motion di Kamera Sony (ZV-E10 & sejenisnya)

Inilah setting yang saya pakai dan selalu berhasil:

  1. Ubah sistem dari PAL ke NTSC
  2. Pilih mode SnQ (Slow & Quick Motion)
  3. Atur ISO ke Auto agar exposure stabil
  4. Mode shooting Manual atau Shutter Speed Priority (S Mode)
  5. Rekam 6–7 detik untuk hasil akhir sekitar 30 detik slow mo

Setting ini membantu menjaga frame rate stabil, exposure tetap bagus, dan file tidak terlalu besar.

Cocok untuk kamu yang ingin membuat footage berkualitas tanpa editing rumit.


Itulah pengalaman saya membuat dan menjual video slow motion di Fotoyu.

Tekniknya simpel, alatnya tidak harus mahal, dan yang penting adalah konsisten membuat konten.

Kalau kamu baru mulai, jangan takut coba.

Kadang video yang menurut kita “biasa aja” justru yang paling banyak dibeli.